SERI –1 Kesehatan dan Puasa
Apakah pandangan Ilmu Pengetahuan moderen tentang puasa ?. Para saintis telah menemukan bahwa manusia bukanlah satu-satunya makhluk hidup dialam ini yang menjalankan puasa. Semua makhluk yang ada dibumi ini menjalani suatu fase dimana mereka berpuasa walaupun mereka sedang berada pada lingkungan yang penuh dengan makanan. Semua hewan yang hidup didarat dan laut seperti burung, ikan, serangga dan lain-lain, semuanya berpuasa; malah tumbuh-tumbuhanpun berpuasa. Namun tentunya cara berpuasa masing-masing hewan dan tumbuhan berbeda satu dengan yang lainnya. Ada binatang-binatang yang tetap tinggal disarangnya berhari-hari, malah berbulan-bulan tidak bergerak dan tidak makan. Demikian pula ada jenis burung yang tetap tinggal disarangnya tanpa makan disarangnya pada musim-musim tertentu setiap tahun. Diantara jenis ikan ada yang membenamkan dirinya didasar laut atau sungai untuk jangka waktu tertentu tanpa makan. Seranggapun menjalani suatu fase kehidupan, dimana mereka berkumpul dan berpuasa. Sesudah melaksanakan puasa, makhluk-makhluk ini muncul kembali dengan kegiatan yang lebih aktif, dinamis dan segar, malah diantaranya ada yang tumbuh lebih sempurna dan lebih sehat. Binatang-binatang itu berganti kulit, burung-burung sekarang dilengkapi dengan bulu-bulu yang lebih segar dan menarik; dan mulailah mereka berkawin dan bernyayi. Seranggapun keluar dari sarangnya, makan dengan lahap dan berkembang dengan cepat. Semua makhluk hidup diatas, yang hidup hanya dengan naluri, puasanya dapat dipandang sebagai suatu gejala fisiologi (tuntutan/kebutuhan tubuh secara normal) dan respon terhadap factor-faktor alam.atau seperti yang disebut oleh para ahli dengan Hypernation; Bagi manusia puasa jauh lebih dibutuhkan dan lebih penting karena manusia yang bertindak aktif dengan akalnya, melakukan aktifitas yang jauh lebih bervariasi daripada gerak-gerak yang bersifat naluri.
Sarjana-sarjana Antropologi telah mengetahui bahawa manusia kuno telah melakukan puasa berdasarkan fitrah dan naluri sebelum agama-agama diturunkan. Orang-orang mesir kuno telah mengenal puasa 5000 tahun sebelum turunnya agama, demikian pula bangsa Yunani dan bangsa Romawi, jauh sebelum datangnya Kristen. Peninggalan-peninggalan kuno menunjukan bahwa manusia-manusia purba tersebut telah melaksanakan puasa denhgan peraturan-peraturan yang rapi; mereka telah mengenal puasa dangan segala jenis dan tujuannya, persis seperti yang kita kenal dijaman moderen ini.
1) Mereka berpuasa untuk membersihkan roh dan membiasakan diri untuk bersabar.
2) Mereka berpuasa untuk menebus dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
3) Mereka berpuasa sebagai tanda sedih atas kematian seseorang atau mengharapkan suatu rahmah dari arwah-arwah mereka.
4) Mereka berpuasa karena membayar nazar.
5) Mereka berpuasa karena ingin belajar dari pada puasa itu tentang disiplin, ketenangan dan kepatuhan.
6) Dan akhirnya mereka berpuasa dengan tujuan-tujuan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Semua kenyataan-kenyataan tersebut diatas mendorong para ahli (secara ilmiah) untuk menganggap puasa sebagai suatu gejala fisiologi dan bukan semata-mata suatu hasil dari proses iradah. Artinya, menurut bahasa ilmiah, puasa adalah suatu keharusan hidup untuk kesehatan manusia; persis seperti kebutuhan manusia terhadap makan, udara atau bernafas, gerak dan tidur. Setiap makhluk hidup jika tidak diberi kesempatan untuk tidur atau bergerak, maka tubuhnya akan menderita berbagai bentuk penyakit. Demikian pula sekiranya ia tidak menjalankan puasa, maka tubuhnya akan dapat diserang oleh bermacam-macam penyakit. Apa yang berlaku pada binatang juga berlaku pada manusia secara fisiologi.
Sekarang mari kita lihat proses-proses kimia dan biologis yang terjadi pada tubuh manusia yang berada dalam keadaan lapar atau puasa. Pada waktu itu tubuh akan menggunakan zat-zat makanan simpanan (zat karbohidrat/glikogen) yang disimpan di otot-otot badan. Seandainya simpanan zat penghasil energi ini habis maka tubuh secara otomatik dengan kuasa Allah SWT akan memecah lemak (kolesterol) yang disimpan dalam badan terutama lemak yang disimpan dalam dinding otot perut, pantat, jantung dan lain-lain menjadi sumber tenaga. Kalau simpanan zat lemak inipun habis, maka dengan kuasa Allah SWT tubuh juga secara otomatik akan merubah zat protein yang terdapat didalam sel-sel badan menjadi sumber tenaga untuk aktifitas sehari-hari. Sekiranya manusia berpuasa untuk jangka waktu tertentu dan tidak melewati batas seperti pada puasa ramadhan, bersahur sekadarnya dan berbuka sesuai dengan jadwal waktu yang sudah ditetapkan maka Insya Allah organ-organ tubuh kita (kumpulan jaringan dan kumpulan sel-sel badan) akan segar kembali (ibarat orang yang baru bangun dari tidur nampak segar, aktif dan bersemangat), karena semua karat-karat, sisa-sisa penyimpanan lama (stok lama) sudah dihabiskan sepanjang puasa dan diganti dengan stok/simpanan yang baru.
Ini berarti bahwa puasa menyebabkan pembaharuan dan penyegaran jaringan-jaringan sel badan terutama jaringan-jaringan kelenjar hormon yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan gerak pencernaan. Semuanya ini menjelaskan kepada kita, kenapa binatang-binatang, burung-burung dan cacing lebih aktif dan lebih cepat berkembang setelah melewati masa-masa bepuasa.
Kesimpulannya, puasa itu dapat memperpanjang umur makhluk hidup, meningkatkan pertumbuhan pada fase tumbuh, mempergiat proses otak, dan melancarkan proses metabolisme serta pembaharuan sela-sel.
Kenyataannya ini semua bertolak belakang dengan anggapan manusia, bahwa puasa itu menyebabkan orang menjadi kurus, lelah dan kurang darah. Tentu saja dengan syarat puasa itu dilakukan dalam batas-batas tertentu seperti pelaksanaan puasa dalam Islam. (Amrizal)
Penulis adalah salah seorang mahasiswa program S3 di Fak. Kedokteran UKM.
sumber : http://www.pippksmy.cjb.net/
0 Comments:
Post a Comment
<< Home